• depan 2
  • depan 1
  • depan 4
  • TEMPLATE 1

Selamat Datang di Website SD Muhammadiyah 2 Pontianak. Terima Kasih Kunjungannya

Pencarian

Kontak Kami


SD Muhammadiyah 2 Pontianak

NPSN : 30105255

Jl. A. Yani Kec. Pontianak Selatan Kota Pontianak Kalimantan Barat


[email protected]

TLP : 0561733539


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 436982
Pengunjung : 211839
Hari ini : 269
Hits hari ini : 442
Member Online : 0
IP : 18.97.14.91
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

TINGKATAN PUASA




        Dalam Bahasa Arab, puasa disebut “ash-shiyam” atau “ash-shaum” yang berarti “menahan”. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah “menahan atau meninggalkan makan, minum, hubungan seksual, dan segala yang membatalkannya mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari”.

        Berdasarkan hukumnya, puasa terbagi atas: puasa wajib, puasa sunah, dan puasa haram.

  1. Puasa wajib diantaranya adalah puasa di bulan Ramadhan dan puasa nazar.
  2. Puasa sunah diantaranya puasa Senin Kamis, puasa nabi Daud, puasa arafah, puasa yaumil bith, puasa enam hari di bulan syawal, dsb.
  3. Puasa haram diantaranya puasa pada hari raya idul fitri dan idul adha, puasa hari tasyrik, dsb.

 

        Diantara puasa yang diwajibkan oleh Allah SWT terhadap orang Islam adalah berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah SWT dalan QS. Al-Baqarah (2): 183 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Berdasarkan firman Allah SWT tersebut di atas, esensi utama orang yang berpuasa adalah mencapai derajat insan yang “muttaqin”. Orang yang bertakwa memiliki seluruh sifat kebaikan dan keutamaan, yang mengantarkan dirinya menjadi insan paling mulia di sisi Tuhan (QS. Al-Hujarat : 13).

        Menurut Imam Al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumuddin, ada tiga tingkatan orang berpuasa, yaitu:

  1. Shaumul umum

        Shaumul umum adalah puasa orang awam (orang kebanyakan). Puasa orang awam hanya bersifat cukup menahan makan, minum, dan menjaga kemaluannya dari godaan syahwat. Tingkatan puasa ini adalah tingkatan puasa paling rendah karena berpuasa hanya menahan lapar, haus, dan tidak melakukan hubungan suami-istri di siang hari. Namun, pandangan, lisan, pendengaran, dan anggota tubuh lainnya tetap melakukan berbagai bentuk maksiat atau dosa. Rasulullah Saw mengatakan orang yang berpuasa seperti ini termasuk orang yang merugi karena ia tidak mendapatkan pahala melainkan hanya sedikit. Hal inilah yang diwanti-wanti Rasulullah Saw dengan sabdanya: “Banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala berpuasa, yang ia dapat hanya lapar dan dahaga”.

  1. Shaumul khusus

        Shaumul khusus adalah puasanya orang khusus yaitu selain menahan makan, minum, serta syahwat di siang hari, juga dapat menahan pandangan, pendengaran, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. Puasa ini sering disebut dengan puasa para shalihin (orang-orang shaleh). Seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan dalam tingkatan puasa yang kedua ini kecuali harus melewati enam (6) hal sebagai prasyaratnya, yaitu: (1) menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan, (2) menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dsb, (3) Menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah SWT dan membaca Alquran, (4) Menjaga pendengaran dari kata-kata yang tidak baik, (5) Menjaga anggota tubuh, seperti tangan dan kaki, dari perbuatan dosa, dan (6) Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka, sampai perutnya penuh makanan.

  1. Shaumul khususil khusus

        Shaumul khususil khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Puasa inilah yang disebut dengan tingkatan khawas al-khawas, yakni puasa khusus bagi orang yang khusus. Inilah puasa dengan tingkatan istimewa, tingkatan puasanya para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin. Puasa istimewa mampu menaklukkan hawa nafsu dan segala keangkuhan diri yang merasa serba digdaya untuk tetap menjadi insan biasa.

 

        Dari ketiga tingkatan puasa tersebut, tingkatan yang kedua dan ketiga merupakan esensi utama dari perintah berpuasa di bulan Ramadhan berdasarkan QS. Al-Baqarah ayat 183, yaitu menjadi insan yang bertakwa. Semoga puasa Ramadhan kita kali ini bisa mencapai tingkatan, paling tidak yang kedua dan terhindar dari tingkatan puasa yang pertama. Aamiin…

 

 

Penulis: Suhardi, S.Pd. (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Al Islam dan Kemuhammadiyahan SD Muhammadiyah 2 Pontianak)




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas